Mainan Rapi, Ruang Lega: Ide DIY Furniture dan Tips Decluttering

Kenapa Mainan Selalu Berserakan?

Kalau ditanya siapa yang paling jago bikin rumah berantakan, jawabannya jelas: anak-anak. Dulu aku berpikir masalahnya cuma kebiasaan mereka, sampai suatu hari tersandung tumpukan balok plastik di tengah malam dan saat itu juga aku sadar: ini bukan soal anaknya, tapi soal sistem penyimpanan yang kacau. Ada juga momen lucu ketika si kecil dengan polosnya mengumpulkan semua boneka di dalam topi — kreatif, tapi tidak praktis untuk hari-hari sibuk.

Rasanya campur aduk: kesal karena harus merapikan berulang, lucu melihat ide-ide ngawur anak, dan juga lega ketika akhirnya menemukan solusi yang sustainable. Dari situ aku mulai eksperimen DIY furniture dan trik decluttering yang ternyata bekerja untuk kita.

DIY Furniture yang Cocok untuk Anak

Mengakali ruang main yang kecil, aku memilih buat beberapa furniture sederhana sendiri. Pilihannya: rak mungil yang bisa diubah-ubah, bangku penyimpanan, dan kotak mainan bertumpuk. Bahan yang dipakai? Kayu lapis tipis, cat yang aman untuk anak, dan beberapa roda agar gampang dipindah. Prosesnya seru—sambil mendengarkan musik, kadang si kecil bantu memegang paku (dengan pengawasan ketat), dan sesi ngelap catnya berubah jadi sesi peluk-pelukan karena tangannya penuh warna.

Satu proyek favorit adalah bangku penyimpanan. Bentuknya simpel: kotak kayu dengan tutup empuk. Jadi selain jadi tempat duduk, juga menyimpan puzzle dan buku cerita. Manfaatnya ganda: ketika tamu datang, ruangan langsung rapi karena semua mainan bisa “ngumpet” di dalam bangku itu. Kalau mau inspirasi bahan dan model, aku sering cek katalog furnitur rumah anak dan juga blog DIY sederhana seperti keterlife untuk ide tambahan.

Trik Decluttering yang Beneran Ngehits

Ada beberapa trik decluttering yang gampang diikuti tanpa harus dramatis. Pertama, metode “kotak tiga”: simpan, buang/donasi, dan unsure “mungkin”. Sering kali kita menunda keputusan karena sayang, jadi kotak “mungkin” ini dikunci dan kalau dalam 3 bulan nggak dibuka, ya dilepas. Kedua, aturan 10-10-10: tanya pada diri sendiri, apakah mainan ini masih membuat anak bahagia dalam 10 hari, 10 minggu, atau 10 bulan? Kalau jawabannya tetap tidak, lepaskan saja.

Ketiga, label visual. Anak kecil belum bisa baca, tapi mereka paham gambar. Aku buat label bergambar untuk kotak: satu untuk mobil, satu untuk boneka, satu untuk blok bangunan. Melihat si kecil dengan serius memasukkan dinosaurus ke kotak bergambar dinosaurus rasanya seperti adegan iklan — lucu dan mengharukan. Terakhir, lakukan declutter secara berkala; satu jam setiap akhir pekan bisa lebih efektif daripada seharian bersih-bersih yang melelahkan.

Rutinitas supaya Tetap Rapi (Tanpa Drama)

Kunci mempertahankan kerapian adalah kebiasaan sederhana dan konsistensi. Setiap malam kami punya ritual “5 menit beres”: semua orang ikut menaruh barang pada tempatnya. Awalnya si kecil sering buat drama, tapi aku kasih pilihan: jika beres sekarang, dia boleh pilih buku untuk dibaca. Reward kecil ini cukup motivasi.

Selain itu, gunakan sistem yang mudah diikuti anak: furnitur rendah sehingga mereka bisa membuang atau mengambil sendiri, serta tempat penyimpanan terbuka supaya terlihat isinya. Jangan lupa manfaatkan sudut-sudut vertikal—rak dinding rendah atau gantungan untuk topi dan tas sekolah. Suasana rumah jadi lebih lega, napas terasa lebih ringan, dan anehnya, mood keluarga juga ikut membaik ketika lihat ruang yang rapi.

Aku nggak bilang prosesnya gampang—ada hari-hari yang penuh mainan berserakan dan mood yang melelahkan. Tapi dengan beberapa furniture DIY yang fungsional, trik decluttering yang realistis, dan rutinitas kecil yang konsisten, ruang main jadi lebih tertata dan kita semua bisa bernapas lega. Plus, ada kepuasan tersendiri melihat anak belajar tanggung jawab sejak kecil—meski kadang dia masih memasukkan remote TV ke kotak mainan dan aku cuma bisa tertawa sambil bilang, “Okay, kita lagi belajar, ya.”

Leave a Reply