Kenapa mainan berantakan selalu kembali?
Aku pernah berpikir, mungkin ini hanya soal kebiasaan anak yang belum disiplin. Ternyata bukan cuma itu. Mainan anak tumbuh cepat; hari ini mereka cinta robot, besok boneka, dan minggu depan kardus bekas menjadi kastil. Volume mainan bertambah, ruang menyempit, dan solusi sementara seperti menumpuk di pojok atau melempar ke keranjang malah membuat kekacauan visual yang melelahkan. Di sinilah penyimpanan pintar dan decluttering rutin benar-benar menyelamatkan suasana rumah.
Bagaimana DIY furniture bisa menyelamatkan hari-hari kita?
Buat aku, solusi yang paling memuaskan adalah membuat sendiri furniture penyimpanan. Bukan karena ingin pamer kemampuan tangan, tapi karena DIY memberi fleksibilitas: ukuran sesuai ruang, tinggi sesuai jangkauan anak, dan tampilan yang kami suka. Contohnya, rak rendah dari papan plywood 120×30 cm dan kaki kayu setinggi 40 cm. Tambah kotak kain warna-warni sebagai laci ringan yang bisa ditarik anak sendiri. Murah, cepat, dan personal. Kalau mau yang lebih rapi, kita pakai laci plastik dari keterlife untuk menyimpan puzzle dan aksesori kecil.
Ada juga proyek sederhana seperti bangku penyimpanan (bench with lid), rak kotak dari palet, atau bahkan unit modular dari kotak kayu yang disusun. Keuntungannya, selain menghemat, adalah kita bisa menyesuaikan ketinggian supaya anak mudah mengambil dan merapikan sendiri. Itu meningkatkan rasa tanggung jawab mereka tanpa harus memaksa.
Langkah decluttering yang aku pakai — tidak dramatis, tapi efektif
Kami lakukan decluttering setiap 3 bulan. Jangan tunggu sampai menumpuk. Caranya: keluarkan semua mainan ke lantai, biarkan anak memilih yang mau dimainkan saat itu. Sambil mereka sibuk, aku melakukan seleksi cepat: apa rusak, apa hilang bagiannya, apa sudah tidak dimainkan lebih dari setahun. Yang rusak dibenahi atau dibuang. Yang layak disumbangkan disortir berdasarkan usia. Aku jelaskan pada anak bahwa mainan yang disumbangkan akan membuat anak lain bahagia. Biasanya itu lebih ampuh daripada perintah belaka.
Kemudian kami bagi menjadi kategori: kendaraan, boneka, blok bangunan, game papan, alat tulis. Setiap kategori dapat kotak tersendiri dengan label bergambar sehingga balita pun bisa mengerti. Label bergambar atau warna membantu anak mengenali tempat pulangnya mainan. Ini sederhana tapi kerja. Konsistensi lebih penting daripada kesempurnaan.
Tips praktis dan aman yang aku pelajari dari pengalaman
Pertama, jaga ukuran dan ketinggian. Rak yang terlalu tinggi membuat anak frustrasi dan akhirnya ditinggalkan. Kedua, gunakan kotak yang mudah dicuci dan ringan. Kain atau plastik keras yang bisa dicuci memudahkan saat ada tumpahan atau pasir. Ketiga, perhatikan keamanan: haluskan sudut kayu, gunakan cat yang aman (non-toxic), dan pasang bracket untuk mencegah furniture terguling.
Jangan lupa sistem rotasi. Simpan sebagian mainan di ruang penyimpanan tertutup dan ganti setiap dua minggu. Mainan yang “baru” lagi selalu menarik perhatian, jadi rotasi mengurangi jumlah yang bertebaran sekaligus memperpanjang umur mainan. Selain itu, buat aturan sederhana: tiga mainan keluar pada satu waktu. Anak memilih tiga, mainan lain disimpan sementara. Aturan ini memaksa pilihan dan membuat mereka belajar nilai memilih.
Terakhir, libatkan anak saat merapikan. Jadikannya permainan: siapa yang paling cepat memasukkan mainan ke kotak, atau turnamen “siapa bisa menyusun balok paling tinggi lalu merapikannya kembali”. Jangan lupa pujian. Pujian kecil lebih efektif daripada ancaman panjang lebar.
Buat yang ingin memulai, jangan menunggu rumah sempurna. Mulai dari satu sudut. Satu rak. Satu kotak yang diberi label. Perbaikan kecil yang konsisten biasanya berbuah rapi sepanjang minggu. Yang penting bukan kerapian instan, melainkan kebiasaan membersihkan dan sistem penyimpanan yang masuk akal bagi keluarga. Kalau aku bisa, kamu juga pasti bisa. Mainan beres, hati pun ikut ringan.